Satu-satunya poin yang membedakan Leskov dari para raksasa sastra yang telah kusebutkan ialah hal ini: mereka menulis secara plastis; kata-kata mereka seperti tanah liat yang membentuk siluet dan gambaran manusia, seolah-olah bikinan suatu dewa. Kata-kata mereka seakan begitu hidup sehingga, ketika kau membacanya, tampaknya semua itu, secara ajaib disulut oleh kekuatan kata-kata, benar-benar mengitari dan melakukan kontak fisik denganmu. Dengan rasa sakit yang hebat kau turut merasakan siksaan mereka, kau tertawa dan menangis bersama mereka, kau membenci dan mencintai mereka, kau bisa mendengar suara mereka, melihat kilau sukacita dan kabut samar kesedihan di mata mereka, kau mengambil bagian dalam hidup mereka sebagai kawan yang bersimpati atau mencampakkan mereka sebagai musuh—dan itu semua sama indahnya dengan kehidupan itu sendiri, hanya saja tak begitu pelik dan lebih indah.
Leskov, juga, merupakan seorang pesulap kata-kata, tetapi gayanya tidak plastis. Ia bercerita, dan dalam seni ini ia tak ada bandingannya. Kisahnya ialah senandung rohani; kata-kata Rusia yang bermakna dan bersahaja, berkelindan dalam kalimat-kalimat terampil, yang sekali waktu termenung, di lain waktu menggema riang, dan di dalamnya kau selalu mendengar getaran cinta akan kemanusiaan, cinta agak feminin yang tersembunyi dengan lembut, yang karena murni ia sedikit malu, sedikit saja, pada dirinya sendiri. Tokoh-tokoh ceritanya sering kali berbicara mengenai dirinya sendiri, tetapi kata-kata mereka begitu hidup, begitu jujur dan meyakinkan sampai-sampai mereka menetap dalam imajinasimu, tampak semisterius, seberbeda secara fisik, seperti tokoh-tokoh karangan Tolstoy dan yang lainnya. Dengan kata lain, Leskov memperoleh hasil yang sama menggunakan metode artistik yang berbeda.
Turgenev, Goncharov, dan yang lainnya tak kelihatan dalam karya mereka sendiri saat mereka tak ingin pembaca dibuat sadar akan peran yang mereka mainkan dalam membentuk kehidupan para tokoh mereka. Leskov nyaris selalu berada di pihak pembaca—kenyataannya, cukup dekat dengannya—tetapi suaranya tak menghalangi seseorang untuk mendengarkan kisah yang aneh, setengah dongeng, setengah kisah nyata, yang terdengar seolah-olah diceritakan oleh seorang pengasuh tua bijaksana dengan kesenian dan kekuatan Homer atau Herodotus si tahu-segalanya, namun tanpa kekhidmatan melelahkan yang seorang, atau keyakinan naif yang seorang lagi. Tolstoy dan Turgenev gemar membuat latar belakang untuk tokoh-tokoh mereka—latar belakang yang memberi mereka kesemarakan yang elok. Mereka berdua berlebihan dalam mendeskripsikan pemandangan, lika-liku pikiran manusia, dan permainan perasaan. Leskov nyaris selalu menghindari hal itu, dan memperoleh hasil serupa dengan manipulasi yang terampil pada karakteristik model yang bergerak dalam narasi sehari-hari.
Leskov mengerti, tak seperti orang-orang sebelum dirinya, bahwa seorang manusia berhak untuk dicintai dan dikasihani, dan bahwa orang itu mesti belajar untuk mencintai dan mengasihani. Ia menulis kehidupan orang-orang dungu Rusia yang suci. Tokoh-tokohnya, tentu saja, orang-orang yang diragukan kesuciannya, sebab mereka tak punya waktu untuk mengkhawatirkan keselamatan mereka sendiri; mereka terus merisaukan keselamatan dan kenyamanan sesamanya. Mereka tak mencampakkan dunia demi gurun-gurun Theban, hutan-hutan perawan, gua-gua, dan tempat-tempat pertapaan di mana, sendirian bersama Tuhan, mereka memohon padaNya supaya dianugerahi kehidupan yang murni dan indah di surga. Mereka dengan bodohnya mendorong diri mereka sendiri ke dalam lumpur kehidupan paling tebal di bumi, di mana manusia telah tenggelam dalam-dalam, berlumuran darah, dengan ganas mengerang tersebab keserakahan dan kedengkian, dan bersaing dengan iblis dalam kelaliman dan kemurkaan.
Orang-orang kecil yang hebat itu, para martir yang bergembira demi cinta kasih itu, ialah orang-orang terbaik dari negeri kami, negeri yang punya banyak ksatria selama satu jam tetapi amat kekurangan pahlawan yang rela mati. Barangkali rasa bangga dalam orang semacam itu pada dasarnya menyedihkan, tetapi bagaimanapun itu, mereka ialah orang-orang yang boleh dibilang telah menyingkirkan binatang buas dalam dirinya. Kemampuan Leskov yang terhebat ialah bahwa ia betul-betul memahami perangai itu dan melukisnya dengan indah.
Leskov mencintai seluruh Rusia sebagaimana adanya, beserta semua keabsurdan kebiasaan-kebiasaan kunonya. Ia mencintai orang-orang yang dilucuti oleh tangan birokrasi, setengah kelaparan, setengah mabuk, dan dengan segala ketulusan menganggap mereka “mampu melakukan semua kebajikan”. Namun ia mencintai mereka dengan mata terbuka lebar—dengan cinta kasih menyiksa yang menuntut segala yang bisa diberikan oleh hati dan tak memberikan apa-apa sebagai balasannya. Dalam jiwanya, keyakinan dan keraguan, skeptisisme dan idealisme, bercampur dengan aneh.
Leskov ialah orang Rusia paling sejati dari semua penulis Rusia. Ia sepenuhnya terbebas dari pengaruh luar. Ketika seseorang membacanya, orang itu bakal merasakan Rusia beserta seluruh hal baik dan buruknya dengan lebih jelas, orang itu melihat dengan lebih nyata orang-orang Rusia yang kacau-balau, yang berusaha menjadi budak dari keyakinannya sendiri dan penindas orang terdekatnya, bahkan ketika ia betul-betul percaya pada cinta kasih dan kebebasan.
Pengembara yang Terpesona ialah salah satu cerita Leskov paling sempurna secara artistik mengenai watak orang Rusia, dan pada saat bersamaan sangatlah nyata.
Sosok paradoksal sang Pengembara barangkali bisa menimbulkan kebingungan serta ketidakpercayaan di antara para pembaca asing, namun pembaca bakalan keliru bila menganggap kisah itu sebagai sesuatu yang luar biasa—sebuah anekdot menakjubkan atau permainan cerdik dari imajinasi aneh seorang seniman. Tidak, sang Pengembara yang Terpesona merupakan orang Rusia sejati, makhluk yang teramat pasti. Sejarah Rusia telah menciptakan banyak orang semacam itu dan bahkan terus menciptakannya hingga saat ini. Karakter sang Pengembara mesti dipahami dengan cukup jelas pada kepribadian dan kehidupan pendiri anarkisme Rusia, Mikhail Bakunin, kawan dari Richard Wagner, yang memperjuangkan revolusi pada atmosfer Jerman di Dresden dengan kecakapan serta keberhasilan yang sama dengan sang Pengembara yang membaptis orang-orang Tartar di stepa. Para pengembara semacam itu pun ada dalam kehidupan masa kini. Mereka “mampu berbuat apa saja”. Seniman secara alamiah dan memburu pesona dari kehidupan, mereka kerap kali menjadi petualang, namun tak selalu dalam artian yang sebenarnya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki energi luar biasa lagi tiada habis, yang tak bisa mereka pergunakan dengan cara biasa. Terampas dari kemungkinan penciptaan sejarah, mereka pun menciptakan anekdot-anekdot. Mungkin sekali dalam waktu dekat mereka akan mulai membangun sejarah Rusia dengan cara orang Amerika, dengan menyelaraskan rasa kesenian serta energi mereka pada sisi praktis kehidupan.
Maksim Gorky
Dialihbahasakan oleh Umar Qadafi dari terjemahan bahasa Inggris oleh A.G. Paschkoff. Ia telah menerjemahkan sejumlah cerita Nikolai Leskov yang terhimpun dalam Lady Macbeth dari Mtsensk (Pustaka Bahamut, 2022).